Dalam semesta Solo Leveling, para Monarch dikenal sebagai entitas yang sangat kuat, tetapi tidak semuanya berhasil bertahan hingga akhir. Salah satu yang tumbang lebih awal adalah Baran, sang Monarch of White Flames sekaligus Raja Iblis.
Sebagai salah satu musuh penting dalam perjalanan Ashborn dan Sung Jinwoo, Baran memiliki kisah menarik yang penuh intrik dan pertempuran dahsyat. Berikut adalah tujuh fakta paling menarik tentang Baran, mulai dari perannya dalam perang besar hingga nasib tragis yang menimpanya.
1. Salah Satu Monarch Paling Tua
Baran merupakan salah satu Monarch yang sudah ada sejak zaman kuno dan terlibat langsung dalam perang antara Monarch dan Rulers. Ia setia kepada Absolute Being dan bertarung di pihak para Monarch dalam upaya menggulingkan para Rulers yang dianggap sebagai ancaman bagi keberadaan mereka.
2. Pernah Mengkhianati Ashborn
Pada awalnya, Baran dan Ashborn berjuang di pihak yang sama dalam perang besar tersebut. Namun, seiring waktu, kekuatan Ashborn semakin meningkat, membuat Antares, pemimpin para Monarch, merasa terancam. Demi memastikan Ashborn tidak berbalik melawan mereka, Antares memerintahkan Baran dan Rakan untuk menghabisinya. Tanpa ragu, Baran mengikuti perintah itu dan berusaha membunuh Ashborn. Namun, rencana ini berakhir dengan kegagalan fatal.
3. Dikalahkan dengan Kejam oleh Ashborn
Upaya Baran untuk membunuh Ashborn justru berujung pada kehancurannya sendiri. Dalam pertarungan sengit, Baran dan Rakan tidak mampu menandingi kekuatan luar biasa Ashborn. Rakan memilih kabur, sementara Baran yang sudah tak berdaya ditinggalkan begitu saja. Dalam kemarahan, Ashborn menuntut penjelasan atas pengkhianatan Baran, tetapi alih-alih menjawab, Baran justru mengejeknya. Kesombongan itu menjadi akhir hidupnya—Ashborn dengan mudah menghancurkan tengkorak Baran hanya dengan satu tangan.
4. Kembali sebagai Musuh Sung Jinwoo
Meski telah lama mati, Baran kembali dihidupkan sebagai bos terakhir di Demon Castle berkat sihir Kandiaru. Dalam pertempuran ini, Baran kembali menunjukkan kekuatannya yang luar biasa, bahkan membuat Sung Jinwoo cukup kesulitan menghadapinya. Namun, berkat bantuan Esil Radiru, Jinwoo akhirnya berhasil mengalahkan Baran dengan cara brutal—merobek lengannya dan menghajarnya hingga tak bernyawa.
5. Memiliki Kekuatan Fisik yang Mengerikan
Sebagai Monarch of White Flames, Baran dianugerahi kekuatan fisik yang luar biasa. Ia mampu bertarung dengan kekuatan penuh dan bahkan mampu membuat Sung Jinwoo kerepotan. Meskipun versi yang dihadapi Jinwoo hanyalah kloningan, tetap saja kemampuannya menunjukkan betapa menakutkannya Baran sebagai salah satu Monarch.
6. Menguasai Petir dan Memiliki Pasukan Iblis
Selain mengandalkan kekuatan fisiknya, Baran juga memiliki kemampuan elemen petir yang mematikan. Ia dapat menggunakan Lightning Breath, sebuah serangan dahsyat yang memungkinkan dirinya mengeluarkan kilatan petir dari mulutnya. Serangan ini bisa menghancurkan area luas maupun menyerang target secara spesifik.
Tak hanya itu, Baran juga memiliki kemampuan untuk memanggil pasukan iblis melalui portal sihir. Dengan kekuatan ini, ia mampu menciptakan kekacauan besar di medan perang dan memberikan perlawanan sengit kepada lawan-lawannya.
7. Salah Satu Monarch yang Gugur Paling Cepat
Dibandingkan dengan Monarch lainnya yang memiliki peran lebih panjang, Baran adalah salah satu yang lebih cepat tersingkir. Ia mati di tangan Ashborn jauh sebelum perang besar antara Monarch dan Rulers mencapai puncaknya. Meskipun kemunculannya di cerita tergolong singkat, ia tetap meninggalkan kesan mendalam sebagai salah satu Monarch pertama yang diperkenalkan dalam Solo Leveling.
Kesimpulan
Baran adalah sosok yang kuat, tetapi keputusannya untuk mengkhianati Ashborn menjadi awal dari kehancurannya. Dari kesetiaannya kepada Absolute Being hingga pertarungannya yang penuh kebrutalan, kisah Baran menambah warna dalam semesta Solo Leveling. Meski ia kalah lebih awal, pengaruhnya tetap terasa, baik dalam perang besar maupun dalam perjalanan Sung Jinwoo menghadapi berbagai tantangan.
Bagaimana menurutmu? Apakah Baran layak mendapatkan akhir yang lebih baik, ataukah ia memang pantas menerima nasib tragisnya?